1.
Diranting kering berderak
terinjak sepatu tua yang ‘lah koyak
kucoba mencari makna dari sebuah jejak
perjalanan panjang
yang menggerus tulang
merebahkan daun-daun ilalang.
Tak guna lagi ada tangis, juga tak perlu ada isak
biarkan semua begitu, apa adanya
karena tangis tak usaikan cerita
isak tak hapuskan derita.
2.
Rinai… rintik mulai basahi diri
kian dingin menggigilkan hati
ada suatu yang hilang kali ini
karena aku masih sendiri
kemana…….
kemana……riuh gempita pesta
yang pernah kau tabuhkan
di gendang-gendang telinga tua
kemana….kemana………
semua yang pernah didendangkan
irama canda dan gairah tawa
di ruang-ruang hampa buta
biarkan aku disini….. meretas sepi
hanya ditemani decak-decak cicak sesekali
sampai nanti,….. sepi pun mati.
3.
Tatkala bumi murka meronta, semenit cuma luluhkan semua
tak satu mampu menegah,pun tak satu mampu mencegah,
langit pun cuma bisa pasrah.
ribuan teriakan diteriakkan…
kebesaran-Mu pun di agungkan,
berlarian dalam dekap ketakutan.
4.
Hapus…… usap basah air matamu
tangis mu tak akan banyak berguna….
untaian kata pun seperti tak bermakna,
buat telinga mereka yang tak kenal nurani.
sia sia tumpahkan segala pinta
seperti sia-sia nya segenap harap.
karena memang bukan pada mereka, seharusnya engkau menghadap.
kenapa kau tak kembali pada Tuhanmu
kenapa tak pernah lagi kau mengucap
kenapa bukan jalan lurus itu yang kau tempuh?
kembali…… kembalilah sayang,
sebelum semua jalan telah ditutup
sebelum semua tenagamu lah pun tercerabut
semasih ada sisa asamu,
semasih terbuka celah untukmu
tak guna kau gundahkan,
tak perlu kau resahkan.
yang perlu kau datang,
yang penting, kau pulang
rumah tua mu, setia menunggu..
kota seribu sungai 271009